Jumat, 17 Mei 2013

psychology


Freud mulai memperhatikan bahwa tidak semua fenomena bawah sadar dapat dikaitkan dengan id, tampak seolah-olah ego memiliki aspek sadar juga. Hal ini menimbulkan masalah yang signifikan untuk teori topografi, yang ia diselesaikan dalam monografi The Ego dan Id (1923).

Dalam apa yang kemudian disebut teori struktural, ego itu sekarang menjadi komponen formal sistem tiga-cara yang juga termasuk id dan superego. Ego masih diselenggarakan di sekitar kapasitas persepsi sadar, namun sekarang memiliki fitur sadar bertanggung jawab atas represi dan operasi defensif lainnya. Ego Freud pada tahap ini relatif pasif dan lemah,. Ia menggambarkannya sebagai pembalap tak berdaya di atas kuda id, lebih atau kurang wajib untuk pergi ke mana id ingin pergi [3]

Dalam Freud 1926 monografi, Inhibitions, Gejala, dan Kecemasan, ia merevisi teorinya tentang kecemasan serta digambarkan ego lebih kuat. Freud berpendapat bahwa insting drive (id), moral dan nilai penilaian (superego), dan persyaratan realitas eksternal semua membuat tuntutan pada individu.
Hal tersebut memberikan tekanan yang saling bertentangan dan menciptakan kompromi terbaik. Alih-alih menjadi pasif dan reaktif terhadap id, ego menjadi penyeimbang tangguh, bertanggung jawab untuk mengatur impuls id, serta mengintegrasikan fungsi individu menjadi satu kesatuan yang koheren. Modifikasi yang dilakukan oleh Freud di Inhibitions, Gejala, dan Kecemasan membentuk dasar psikologi psikoanalisis tertarik pada sifat dan fungsi ego. Ini menandai transisi dari psikoanalisis dari yang terutama seorang psikologi id, difokuskan pada perubahan-perubahan drive libidinal dan agresif sebagai penentu berfungsi normal maupun psikopatologis, dengan jangka waktu di mana ego itu diberikan sama pentingnya dan dianggap sebagai perdana pembentuk dan modulator perilaku.
Perkembangan yang paling mencolok dalam teori psikoanalitik sejak kematian freud ialah munculnya teori mengenai ego yang biasa disebut psikologi ego. Meskipun freud menganggap ego sebagai eksekutif dari keseluruhan kepribadian, sekurang-kurangnya pada orang orang yang sehat, namun ia tidak pernah memberinya suatu posisi otonom; ego tetap mengabdi pada kemauan-kemauan id. Freud berpendapat bahwa bagian tertua (id) apparatus mental ini tetap merupakan yang terpenting sepanjang hidup. Id dan insting-instingnya mencerminkan tujuan sejati kehidupan sang orgganisme individual.
Dasar psikologi ego berputar di sekitar titik bahwa ego yang sehat adalah independen terhadap perbedaan mental dan sudah termasuk fungsi-fungsi ego otonom seperti realitas-pengujian dan memori, itu harus berfungsi tanpa gangguan dari benturan emosional.
psikologi Ego juga bertujuan untuk meningkatkan lingkaran konflik-bebas dari fungsi ego. Ini akan membawa sebuah adaptasi yang lebih baik dan juga merupakan peraturan yang efektif lingkungan dan ego.















Anna Freud (Ego Sebagai Partner)
Anna Freud (3 Desember 1895 - 9 Oktober 1982) adalah anak keenam dan terakhir dari Sigmund Freud dan Martha. Lahir di Wina, ia mengikuti jalan ayahnya dan memberikan kontribusi untuk bidang yang baru lahir dari psikoanalisis. Di samping Melanie Klein, dia mungkin dianggap sebagai pendiri psikologi anak psikoanalitik. Dibandingkan dengan ayahnya, pekerjaannya menekankan pentingnya ego dan kemampuannya untuk dilatih sosial.
Karyanya memberikan jembatan antara teori struktural Freud dan psikologi ego.

Anna freud              Pendekatannya pada pemahaman perkembangan anak
                               Ego --- focus ego, mekanisme pertahanan diri,
Lebih tertarik dalam dinamika jiwa daripada di struktur, dan terutama terpesona oleh tempat ego dalam semua ini. Sehingga ia memusatkan perhatiannya pada sadar, operasi defensif ego dan memperkenalkan banyak pertimbangan teoritis dan klinis yang penting.

Ego
-       Konsep Ego-plasticity dalam development vulnerability : ego bersifat focus masa depan (tujuan untuk membuat anak sehat), bukan membahas gejala-gejala yang tampak pada saat ini. Berbeda dengan konsep freud yang menekankan membebaskan pasien dari cengkeraman ketidak berdayaan pengalaman masa lalu.
-       Anna Freud telah memberikan kontribusi pada deskripsi mekanisme pertahanan diri yang dikembangkan Sigmund Freud sebagai konseptor aslinya. Berbeda dengan Sigmund Freud, Anna Freud (1946) menyusun 10 mekanisme pertahanan diri: regresi, represi, formasi reaksi, isolasi, undoing/ kehancuran, proyeksi, introyeksi, turning against the self (melawan diri sendiri), reversal (pemutarbalikan fakta), dan sublimasi atau pengalihan (displacement). Anna Freud juga telah memberikan kontribusi yang signifikan pada teori tentang bagaimana perkembangan pertahanan diri itu. Secara bertahap, anna merubah teori ego freud (yang awalnya sejajar joki dan id adalah kudanya) menjadi joki yang intelektual yang mampu memilih jalan terbaik untuk dilewati. Dan freud hanya memiliki tujuh defence mechanism yakni  identifikasi, displacement, represi, proyeksi, reaksi formasi, fiksasi dan regresi, rasionalisasi.
-       Menurut anna freud, jarang ada anak yang memakai hanya satu defence mechanism untuk melindungi diri dari kecemasan. Umumnya setiap anak memakai beberapa defence mechanism, baik secara bersama-sama atau secara bergantian sesuai dengan bentuk ancaman.
-       Mekanisme pertahanan yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang timbul dari tiga skenario yang berbeda:
·         Danger super ego dissatisfaction ---- moral anxiety (neurotic dewasa)
·         Danger the outside world ---- reality enxiety (belum menyusun super ego)
·         Danger the strength of unconscious impulses ---- neurotic anxiety (pengalaman masa lalu- otoritas orang tua)                                                                                                                                         
Konsep biologis "id" impuls berasal dari model struktural Sigmund Freud pikiran. Impuls id didasarkan pada "prinsip kesenangan": kepuasan instan dari keinginan dan kebutuhannya sendiri. Freud percaya bahwa id merupakan dorongan naluriah dalam diri kita sendiri, yaitu agresi, dan seksual. Dorongan seks adalah upaya kami untuk hidup, berkembang, dan tumbuh. Agresi drive kita drive untuk keamanan dan perlindungan dari kehidupan kita. Menurut Freud, kedua drive impulsif adalah apa yang memotivasi tindakan kita.
Dalam ego, ada dua operasi proses. Pertama, ada proses primer sadar, di mana pikiran tidak terorganisir dalam cara yang koheren, perasaan bisa bergeser, kontradiksi tidak bertentangan atau tidak dirasakan seperti itu, dan kondensasi muncul. Tidak ada logika dan ada waktu-line. Bertentangan dengan ini, ada proses sekunder sadar, di mana batas-batas yang kuat ditetapkan, dan di mana pikiran harus diorganisir dengan cara yang koheren. Kognisi umumnya muncul di sini.
Bagi individu untuk berfungsi dalam masyarakat, impuls dari id tidak dapat difokuskan pada kepuasan, mereka harus menghormati realitas dunia dan superego. Superego mewakili belajar (dalam proses tumbuh) dan diinternalisasi seperangkat nilai-nilai dan etika, yang memberikan individu rasa apa yang benar dan apa yang salah untuk berpikir, merasakan, dan melakukan. Jadi, misalnya, ketika impuls id (misalnya keinginan untuk berhubungan seks dengan orang asing) konflik dengan superego (misalnya kepercayaan dalam konvensi sosial dari tidak berhubungan seks dengan orang yang tidak dikenal), maka perasaan cemas muncul ke permukaan, sering disertai dengan perasaan bersalah, malu, dan rasa malu. Ketika kecemasan menjadi terlalu besar itu maka tempat ego untuk menggunakan mekanisme pertahanan untuk melindungi individu.
Menurutnya, ego bereaksi (bahaya) ketika munculnya id memakai dua cara:
·         Membentengi impuls sehingga tidak dapat muncul menjadi tingkah laku sadar.
·         Membelokkan ilmpus itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau dirubah.
-          Kesamaan defence mechanism dengan freud:
·         Mekanisme pertahanan beroperasi pada tingkat alam bawah sadar.
·         Mekanisme pertahanan selalu mendistorsi kenyataan.
·         Mekanisme pertahanan mengubah persepsi nyata seseorang, sehingga kecemasan menjadi kurang mengancam.
Pendekatan pada pemahaman perkembangan anak
-          Perhatian khusus diberikan di dalamnya untuk masa kanak-kanak kemudian dan perkembangan remaja - menekankan bagaimana' meningkat kepentingan intelektual, ilmiah, dan filosofis periode ini merupakan upaya menguasai drive
-          Anak lebih tergantung dan lebih mudah dipengaruhi oleh realitas eksternal dibandingkan dengan orang dewasa.
-          Gangguan neurotic orang dewasa umumnya bersifat internal dan bersumber pada masa lalu atau konflik yang belum terselesaikan, sedangkan, pada anak bias disebabkan oleh peristiwa yang baru saja terjadi.
-          Anna Freud yakin bahwa perkembangan anak akan menjadi bahan pertimbangan dalam konteks yang lebih luas dan bahwa penyelidikannya tidak terbatas pada gejala sebagaimana aspek seksual dan perilaku agresif.
-          Anna Freud membentuk kelompok terkemuka analis perkembangan anak (yang termasuk Erik Erikson, Edith Jacobson dan Margaret Mahler) yang melihat bahwa gejala anak-anak yang akhirnya analog dengan gangguan kepribadian antara orang dewasa dan dengan demikian sering berhubungan untuk tahap perkembangan.
-          Dalam bukunya, Patologi in Childhood (1965) = penggunaan garis perkembangan mencatat pertumbuhan normal teoritis "dari ketergantungan emosional dan kemandirian"
-          Secara khusus, kepercayaan Anna Freud bahwa 'Dalam analisis anak-anak, transferensi memainkan peran yang berbeda dan analis tidak hanya "merupakan ibu" tapi masih merupakan ibu kedua asli dalam kehidupan anak menjadi sesuatu sebuah ortodoksi atas sebagian besar dunia psikoanalitik
-          Anna freud mengemukakan enam garis perkembangan, dimana dimulai dari dominasi id menuju realitas ego :
a.    Dari ketergantungan menjadi percaya diri:
-          Ketergantungan biolologis kepada ibu
-          Tahap objek tetap, gambaran ibu tetap ada, walaupun dia tidak hadir.
-          Pre-odipus, tahap memeluk, ditandai dengan mendominasi objek yang dicintai.
-          Fase Oedipus falis, ditandai dengan drive memiliki orang tua lain jenis.
-          Fase laten dengan menurunnya drive, lebih kepada teman, kelompok, dan figure otoritas.
-          Fase pra-remaja, kembalinya kebutuhan hubungan yang memuaskan dengan objek yang dicintai.
-          Fase remaja, berjuang untuk mandiri, memutuskan cinta dengan orang tua, kebutuhan kepuasan seksual.
b.    Dari mengisap, menjadi makanan keras:
-          Minum susu secara teratur sesuai jadwal atau kalau membutuhkan.
-          Disapi dari botol/ susu ibu, mengalami kesulitan makan makanan baru.
-          Peralihan dari disuapi menjadi makan sendiri, makan masih identik dengan ibu.
-          Makan sendiri, berbeda pendapat dengan ibu mengenai banyaknya makanan.
-          Seksual infantile, membentuk sikap terhadap makanan; fantasi takut gemuk.
-          Senang makan, memiliki kebiasaan makan yang ditentukan sendiri.
c.    Dari mengompol, menjadi dapat mengotrol urinasi/defekasi:
-          Bebas membuang kotoran tubuh.
-          Fase anal, menolak control orang lain dalam hal pembuangan kotoran (toilet training).
-          Identifikasi dengan orang tua, mengontrol sendiri pembuangan kotoran.
d.    Dari yang tidak bertanggung jawab, menjadi bertanggung jawab:
-       Perubahan agresi, dari yang hanya peduli kepada diri sendiri, menjadi lebih peduli kepada dunia luar.
-       Ego semakin memahami prinsip sebab akibat, meredam keinginan yang berbahaya, mengenali bahay yang eksternal seperti api, ketinggian, dll.
-       Menerima aturan kesehatan, menolak makanan yang tidak sehat, kebersihan tubuh, melatih kebugaran tubuh.
e.    Dari egosentrik menjadi kerjasama:
-          Mementingkan diri sendiri.
-          Mainan diperlakukan kasar tanpa tanggung jawab.
-          Anak kecil didekatnya, dianggap sebagai teman.
-          Teman dipandang sebagai partner sederajat, dibutuhkannya sahabat sejati.
f.     Dari tubuh menjadi mainan, dan dari mainan menjadi bekerja:
-          Permaianan bayi adalah perasaan tubuh, kepekaan jari, kulit, dan mulut.
-          Sensasi tubuh ibu pindah ke objek yang lebih lembut seperti boneka.
-          Memeluk objek yang lembut, menyenangi mainan yang lembut.
-          Puas menyelesaikan suatu kegiatan, dan puas mencapai prestasi.
-          Permainan sekolah untuk bekerja melalui hobi, lamunan, permainan, dan olah raga. Anak dapat menahan impuls dirinya.

Margareth schoenberger mahler
Biografi
Margaret Schönberger lahir pada 10 Mei 1897 dalam keluarga Yahudi di Sopron, sebuah kota kecil di Hungaria barat. Dia dan seorang adik perempuan memiliki masa kecil yang sulit sebagai akibat dari perkawinan bermasalah orangtua mereka. Ayah Margaret, bagaimanapun, mendorongnya untuk unggul dalam matematika dan ilmu-ilmu lainnya. Setelah menyelesaikan SMA bagi Putri, dia menghadiri Vaci Utcai Gimnazium di Budapest, meskipun itu tidak biasa pada saat bagi seorang wanita untuk melanjutkan pendidikan formal. Budapest adalah pengaruh besar pada hidup dan karirnya. Dia bertemu berpengaruh Hungaria psikoanalis Sándor Ferenczi, menjadi terpesona dengan konsep alam bawah sadar, dan didorong untuk membaca Sigmund Freud.
Pada bulan September 1916, Schönberger mulai studi Sejarah Seni di Universitas Budapest, tapi di Januari 1917 ia beralih ke Medical School. Tiga semester kemudian ia mulai pelatihan medis di University of Munich, namun terpaksa meninggalkan karena ketegangan terhadap orang Yahudi. Pada musim semi 1920 ia dipindahkan ke Universitas Jena dan di sanalah ia mulai menyadari betapa pentingnya bermain dan cinta adalah untuk bayi agar mereka tumbuh sehat jasmani dan rohani. Schönberger lulus cum laude pada tahun 1922. Dia berangkat ke Wina untuk mendapatkan lisensi untuk praktek kedokteran. Di sana ia berpaling dari pediatri ke psikiatri dan, pada tahun 1926, mulai analisis pelatihan nya dengan Helene Deutsch. Tujuh tahun kemudian, Margaret diterima sebagai seorang analis. Schönberger senang bekerja dengan anak-anak, itu adalah gairah hidupnya. Dia menyukai cara anak-anak memberinya perhatian mereka dan menunjukkan kegembiraan mereka untuk bekerja sama dengan dia.
Pada tahun 1936 ia menikah dengan Paul Mahler. Setelah kenaikan Nazi berkuasa, pasangan itu pindah ke Inggris dan kemudian, pada tahun 1938, ke Amerika Serikat. Setelah menerima lisensi medis New York, Schönberger Mahler membuka praktek pribadi di ruang bawah tanah dan mulai membangun kembali klien-nya. Pada tahun 1939 ia bertemu Benjamin Spock dan, setelah memberikan seminar analisis anak pada tahun 1940, ia menjadi guru senior analisis anak. Dia bergabung dengan Institut Pembangunan Manusia, Institut Pendidikan dan New York psikoanalitik Society. Pada tahun 1948 ia bekerja pada studi klinis pada Kasus jinak dan ganas Anak Psikosis.
Barnard College, di perusahaan upacara dimulainya 1980, diberikan Schönberger Mahler kehormatan tertinggi, Medali Barnard Distinction. Schönberger Mahler meninggal pada tanggal 2 Oktober 1985.

-          Ide-idenya diperoleh dari hasil pengamatannya tentang tingkah laku anak-anak kalut yang berinteraksi dengan orang tua mereka dan juga tingkah laku anak-anak normal yang melekat pada ibu mereka pada 3 tahun pertama kehidupan.


Kontribusi
-          Ia menekankan kelahiran psikologi individu yang dimulai pada minggu-minggu pertama kehidupan setelah kelahiran dan berlangsung untuk jangka waktu 3 tahun berikutnya. Yang dimaksudkan dengan kelahiran psikologis ialah anak menjadi seorang individu yang terpisah dari orang yang sangat memperhatikannya, dan dilihat sebagai suatu prestasi yang pada akhirnya menimbulkan suatu perasaan-identitas yang  terjadi pada jangka waktu 3 tahun pertama kehidupan, dimana anak secara berangsur-angsur berjuang untuk menjadi otonom dan terpisah dari ibu.
-          Untuk mencapai kelahiran psikologis dan individuasi, seorang anak harus melewati tiga tahap perkembangan penting yakni: autism normal, simbiosis normal, dan pemisahan individuasi (separation-individuasi). Untuk menggambarkan tahap perkembangan autism normal, Mahler (1967) meminjam analogy freud (1911/1958) yang menyamakan kelahiran psikologi dengan sebutir telur burung yang belum menetas. Burung dalam kulit telur itu mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhan makanannya secara autistic (tanpa memperhatikan kenyataan eksternal) Karena persediaan makanannya tertutup dalam kulitnya. Demikian juga bayi yang baru lahir memuaskan berbagai kebutuhan dalam lingkarang perhatian ibu yang sangat protektif. Jabang bayi merasa berkuasa karena seperti telur yang belum menetas, kebutuhan-kebutuhannya diperhatikan secara otomatis tanpa ia harus berusaha sedikitpun. Mahler mengemukakan bahwa jabang bayi itu memiliki jangka waktu yang lama untuk tidur dan tidak mengalami tegangan. Ia berpendapat bahwa inilah suatu periode narsisme primer yang absolute, dimana bayi tidak menyadari keberadaan orang lain. Dengan demikian, ia menyebut autism normal sebagai suatu tahap “tidak berobjek”. Ketika bayi menyadari secara berangsur-angsur bahwa mereka tidak dapat memuaskan kebutuhan mereka sendiri, mereka mulai mengenal pemberi perhatian utama mereka dan mencari suatu hubungan simbiotik dengannya, dan dengan demikian bayi-bayi itu sekarang berada pada tahap ke-dua, yakni simbiosis normal. Simbiosis normal mulai sekitar usia minggu ke-4 atau ke-5, tetapi mencapai puncaknyya pada bulan ke-4 atau ke-5. Pada waktu ini, “bayi bertingkah laku dan berfungsi seolah-olah ia dan ibunya adalah suatu system mahakuasa-suatu kesatuan dwirangkap dalam satu batas yang sama. Dalam analogy telur burung, kulit telur sekarang mulai retak, tetapi suatu selaput psikologis dalam bentuk hubungan simbiotik masih melindungi jabang bayi. Mahler mengakui bahwa ini bukan simbiosis sebenarnya karena meskipun kehidupan bayi tergantung pada ibu, tetapi sang ibu tidak secara absolute membutuhkan sang bayi. Ciri-ciri simbiosis ini seperti memberikan isyarat kepada ibu bahwa bayi lapar, sakit, senang, dsb, sedangkan ibu memberikan isyarat seperti menggendong, tersenyum, dll. Pada usia ini, bayi dapat mengenal wajah ibu dan dapat mempersepsikan bahwa ibu senang atau sedih. Akan tetapi hubungan-hubungan objek belum mulai-ibu dan orang lain masih merupakan “pra-objek”. Anak-anak yang lebih tua dan bahkan orang dewasa mundur ke tahap ini untuk mencari kekuatan dan keamanan dari perhatian ibu mereka. Tahap perkembangan ke-tiga ialah pemisahan-individuasi yang berlangsung dari kira-kira usia bulan ke-4 atau ke-5 sampai kira-kira bulan ke-30 atau ke-36. Pada waktu ini anak terpisah secara psikologi dari ibunya, mencapai perasaan individuasi, dan mulai mengembangkan perasaan identitas pribadi. Karena anak tidak lagi mengalami dwirangkap dengan ibunya, maka ia harus menghentikan delusi kemahakuasaannya dan menghadapi kemungkinan mudah diserang oleh ancamanan eksternal. Dengan demikian, anak dalam tahapan pemisahan-individuasi mengalami dunia eksternal sebagai yang lebih berbahaya dan mengancam dibandingkan dengan waktu mereka berada pada tahap sebelumnya.
-          REFLEKSI
-          Obyek keteguhan, mirip dengan Jean Piaget objek permanen, menggambarkan fase ketika anak mengerti bahwa ibu memiliki identitas terpisah dan benar-benar individu yang terpisah. Hal ini menyebabkan pembentukan Internalisasi, yang merupakan representasi internal bahwa anak telah terbentuk dari ibu. Internalisasi ini adalah apa yang menyediakan anak dengan gambar yang membantu memasok mereka dengan tingkat bawah sadar membimbing dukungan dan kenyamanan dari ibu mereka. Kekurangan Internalisasi positif mungkin bisa menimbulkan rasa ketidakamanan dan masalah harga diri rendah di masa dewasa.
-          Tinggi rendahnya individuasi, terkait pada kemampuan mensintesa baik dorongan agresif dan libidinal terhadap ibu., maupun kapasitas untuk menarik nutrisi dari apa yang diinternalisasi dari representasi sosok ibu.
-          Menghasilkan teori psychological birth, dimana sebagai individu, hanya bisa dicapai oleh anak yang daya juang individualitasnya tidak rusak dan ibu mendorong anaknya ke arah pemisahan.
-          Ketika anak gagal dalam tahap individuasi, maka anak menjadi maladjustment psychotic, baik menjadi symbiotic psychotic maupun autistic.   
-          Gangguan dalam proses dasar pemisahan-individuasi dapat mengakibatkan gangguan dalam kemampuan untuk mempertahankan rasa diandalkan identitas individu di masa dewasa.
HEINZ HARTMANN *ego memiliki energy dan motif dalam dirinya sendiri*
-          Dikenal sebagai bapak psychology.
-          Psikologi ego hartmann mencakup perkembangan prinsip kenyataan (reality principle) dalam masa kanak-kanak, fungsi ego yang integrative, konsep-otonomi ego, proses-proses tambahan pada ego berupa mempersepsikan, mengingat, berfikir, dan bertindak, serta pertahanan-pertahanan ego.
-          Ego tidak muncul sebagai bagian dari id yang bersifat bawaan, tetapi masing-masing system bersumber pada predisposisi-predisposisi tertentu yang bersifat alami dan masing-masing memiliki arah perkembangannya sendiri yang mandiri.
-          Ego tidak hanya dimotivasi oleh tujuan instingtif (seksual dan agresif;konsep freud), tetapilebih responsive pada realitas atau dunia luar dan difungsikan secara independen dari id.
-          Ada proses-proses tertentu dari ego tidak bisa bertentangan satu sama lain sehingga individu harus memutuskan manakah dari diantara beberapa cara yang terbaik untuk memecahkan masalah atau mengadakan adaptasi. Ego beroperasi sering dalam suasana “bebas konflik” yang mengikuti setiap proses sebagai kegiatan merasa, mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah dalam penyesuaian dirinya pada situasi atau lainnya.
-          Pertahanan-pertahan ego tidak harus bersiat negative atau patologis. Ego dapat melayani tujuan sehat dalam pembentukan kepribadian, yakni pilihan untuk mencari suatu pendidikan membaktikan diri pada seni atau kemanusiaan, bukan mengacu pada defensive dari sublimasi yang dikemukakan oleh freud.
-          Menurut hartmann, realitas luar juga menjadi factor penentu dalam fungsi ego. Ego bersifat otonom (ego memiliki energy dan motif-motif dalam dirinya sendiri) dan mencari aktifitas untuk menyesuaikan diri dengan dunia sekitarnya. Ego juga bersifat adaptif, yaitu melakukan adaptasi yang efektif terhadap dunia, memiliki konsep kognitif, berupa mempersepsikan, mengingat dan berpikir..
Jenis-jenis otonomi ego:
1.    Otonomi primer yaitu mengacu ke sumber biologis, kematangan fungsi persepsi, belajar, mengingat, dan gerakan membuat ego mampu berfungsi otonom. Fungsi-fungsi ini berasal dari keturunan dan berperan sebagai adaptasi dengan lingkungan.
2.    Otonomi sekunder yaitu merupakan kemampuan ego untuk mengubah fungsi-fungsi yang dikembangkan dalam konflik dengan id menjadi sarana yang juga membantu adaptasi yang sehat dengan kehidupan.
-          Menurut hartmann, ada 12 fungsi ego yang harus diperhatikan agar fungsi social dan kognitif dapat berjalan dengan baik, yakni:
1.    Mengatur gerakan atau spontanitas.
2.    Mengorganisir persepsi di dalam dan diluar realita.
3.    Membuat batas yang melindungi dari stimulasi internal dan eksternal yang berlebihan.
4.    Uji realita
5.    Berpikir dan inteligensi
6.    Menerjemahkan pikiran menjadi perbuatan
7.    Impulse control: kemampuan untuk mengelola agresivitas dan dorongan libido untuk tidak segera dilepaskan melalui perilaku. Menghambat atau menunda pengurangan ketegangan
8.    Defensive functioning: pertahanan ketidaksadaran mencoba melindungi individu dari beberapa identitas kuat-perasaan yang mengancam. Mengenali bahaya, member tanda kecemasan dan pertahanan.
9.    Judgment: kapasitas untuk menilai.
10. Persepsi waktu
11. Pembentukan karakter.
12. Kemampuan sintetik: synthesys adalah kapasitas ego untuk menyusun dan menyatukan fungsi-fungsi yang lainnya dalam kepribadian. Memungkinkan individu dapat berpikir, merasakan dan bertindak dalam kebiasaan yang melekat.

ROBERT W. WHITE: KEBUTUHAN EGO UNTUK KOMPETENSI

Biografi
R.W. white, psikolog kepribadian, meninggal pada 96
Robert W. White '25, yang mengajar di Harvard 1937-1968, ketika ia menjadi profesor psikologi klinis, meninggal pada 6 Februari di Weston, Mass Dia 96.
Awalnya seorang sejarawan (ia menerima gelar master dalam sejarah Amerika di Harvard pada tahun 1926), Pada tahun 1937, juga di Harvard, ia menerima gelar Ph.D. dalam psikologi.
White berpusat pada penelitiannya mengenai kepribadian orang normal maupun abnormal. Pada tahun 1948, ia menerbitkan "The Abnormal Psychology," buku teks standar pada subjek selama beberapa dekade. Dalam "Lives in Progress: Sebuah Studi Pertumbuhan Alam Kepribadian" (1952), White rinci kehidupan tiga orang, melihat cara biologi, psikologi, dan budaya telah membentuk kepribadian mereka.
White adalah direktur Klinik Psikologi di Harvard 1946-1950, dan ketua Departemen Hubungan Sosial 1957-1962.
Setelah menerima gelar sejarah dari Harvard, White mengajarkan sejarah dan pemerintahan di University of Maine selama beberapa tahun sebelum memutuskan untuk belajar psikologi. Kembali di Harvard ia belajar di bawah Henry A. Murray, dengan menerbitkan "Explorations in Personality" pada tahun 1938.
menolak gagasan bahwa satu-satunya motivasi berperilaku adalah dorongan untuk menurunkan dan pencapaian kepuasan biologis. Menurut White (1959) otot dan otak, mata, dan organ sensori lainnya haruslah diaktifkan untuk dapat tumbuh dan sehat, dengan demikian kehidupan manusia mencari stimulus; mereka tidak pasif bahkan berjuang keras untuk bisa mengurangi dorongan-dorongan.
Ketika ada usaha-usaha berhasil, individu akan merasa kompeten. Kompetensi merupakan salah satu konsep yang penting dalam teori White (1959) adalah suatu kecakapan (ability) dari individu untuk melakukan perjanjian dengan lingkungan, baik yang hidup maupun yang tidak, dengan cara yang sukses, membantu individu untuk tumbuh, matang dan survive dalam hidup.

kontribusi
-          Motif dan dorongan-dorongan tidak semata-mata kebutuhan biologis yang meliputi setiap tahapan, tetapi faktor-faktor lain juga mempengaruhi perkembangan kepribadian.
-          Memperkenalkan ‘effectance motivation’ --- individu mempunyai dorongan instingtif untuk belajar, mehamami lingkungan, kompeten mempngaruhi lingkungan untuk kepentingan kesejahtraan dirinya. Ada tiga penyebab kerusakan effectance motivation, yakni :
·         Insting lapar dan insting bebas---pengasuhan yang kurang baik sehingga merasa sakit terus.
·         Ibu tidak terpengaruh oleh aktifitas bayi, tidak mampu menerjemahkan bahasa tubuh dan tangis membuat bayi berhenti memanipulasi dunianya.--- effectance motivation tidak berkembang.
·         Gangguan atau hambatan langsung terhadap aktifitas bermain---hambatan kompetensi diri.
-          Ego-reality testing: kompetensi melalui kegiatan---menempatkan ego dalam posisi sentral yang menghubungkan kebutuhan objektif dengan reaalita. Bayi semakin banyak berpaling ke realita untuk memuaskan kebutuhannya, tetapi cara memperloeh kebutuhan itu hanya dengan menangis, mengharapkan bantuan dari pengasuhnya. Kepuasan tidak selalu dapat diperoleh, sehingga bayi kemudian mengembangkan kemampuan untuk menunda kepuasan, dan penundaan bias dilakukan kalau dia mampu mengantisipasi realita yang akan datang.
-          -TABEL 61019

-          Ego tidak hanya memiliki energy intrinsiknya sendiri, tetapi juga terdapat kepuasaan-kepuasaan intrinsic ego yang tak tergantung pada pemuasan-pemuasan id atau insting. Kepuasan-kepuasan ego yang otonom ini meliputi hal-hal seperti eksplorasi, manipulasi, dan kemampuan yang efektif dalam melaksanakan tugas-tugas.
-          Ego memiliki fungsi untuk pemisahan diri dan non-diri. Hubungan bayi dengan realita tidak pasif, yang timbul sebagai akibat ada dorongan uang harus dipuaskan dengan realita. Gambaran realita itu dibangun oleh bayi sendiri maupun belajar bertahap yang mungkin mereka kerjakan dan tidak mungkin dipenuhi. Bayi belajar memahami apa yang biasa diperoleh ketika mereka melihat dunia luar yang ternyata tidak sesuai dengan kemauannya.
-          Memperkenalkan kembali konsep patologis. Dengan mengubah focus dari penyebab kapasitas ego gagal menangani energy id menjadi apa yang salah dari perkembangan perasaan kompetensinya. Sedangkan freud menyatakan bahwa patologi adalah kegagalan ego berkembang normal, dimana ego gagal mengembangkan tanggung jawab social secara moral, dan kapasitas uji realitanya tidak berkembang.






HEINZ KOHUT
Heinz Kohut (1913-1981) lahir di Wina dari orangtua Yahudi yang terpelajar dan penuh talenta (Strozier, 2001). Ayah Kohut, Felix (w. 1937) adalah seorang pianis yang handal dan ibunya, Else Lampl Kohut (w. 1972). Di permulaan Perang Dunia II, dia bermigrasi ke Inggris, dan satu tahun kemudian pindah ke Amerika Serikat, tempat dia menghabiskan sebagian besar kehidupan profesionalnya. Kohut belajar kedokteran di Universitas Wina dan lulus pada tahun 1938.Dia tidak memiliki minat khusus dalam Freud, tetapi mencari beberapa psikoterapi pada tahun 1937 dari seorang psikolog bernama Walter Marseilles. Kemudian  Kohut masuk ke analisis dengan psikoanalis terkenal yang juga teman Freud yaitu Agustus Aichhorn.
Kohut menikah dengan Elizabeth Meyers pada 1948 dan memiliki seorang putra, Thomas Agustus pada tahun 1951 (satu-satunya anak).
Ia menerbitkan sejumlah artikel penting, terutama psikologi musik, namun kontribusi terbesarnya adalah esai tentang “empati” yang pertama kali disajikan pada tahun 1956 dan diterbitkan pada tahun 1959. Di dalamnya Kohut menyatakan bahwa cara mengetahui penting diri dalam psikoanalisis adalah melalui empati, yang didefinisikan sebagai pengganti introspeksi.
Dia diangkat sebagai profesor tetap di Departemen Psikiatri University of Chicago, menjadi anggota fakultas Chicago Institutefor Psychoanalysis, dan menjadi profesor tamu bidang psikoanalisis di University of Cincinnati. Sebagai neurolog dan psikoanalis, Kohut membuat banyak psikoanalis marah lantaran penerbitan bukunya, The Analysis of the Self (1971), yang menggantikan konsep ego dengan konsep diri (self). Sebagai pelengkap buku ini, aspek – aspek lain psikologi self-nya bisa ditemukan dalam The Restorationof the Self (1977) dan The Kohut Seminars (1987) yang diedit Miriam Elson dan diterbitkan setelah Kohut meninggal.
Kontribusi
Mengemukakan teori yang relative baru yang disebut self-psychology.
Kohut membedakan empat komponen kunci dalam pengembangan diri:  satu, virtual, diri kohesif dan megah nuklir. 'Kohut berpendapat bahwa bayi manusia normal dilahirkan dengan diri nuklir sudah di tempat (sebuah entitas psikologis ditentukan secara biologis). diri itu kemudian mengalami apa yang disebut' diri virtual (gambar bayi baru lahir diri, yang berada di . pikiran orang tua bayi). Dalam keadaan yang optimal, interaksi diri nuklir dan virtual akan menyebabkan organisasi bertahap anak dari diri kohesif - ke titik di mana idealnya diri yang tinggal di mendalam telah menjadi pusat kegiatan pengorganisasian ego. Sepanjang jalan, bagaimanapun, akan menjadi penampilan diri megah, diri yang muncul dari pengalaman infantil normal diri sendiri sebagai pusat dari semua pengalaman, mahakuasa
 Lebih daripada para teoritikus hubungan-hubungan objek lain, kohut menekankan proses yang menyebabkan self berkembang dari gambaran samar-samar dan berdiferensiasi sampai kepada suatu perasaan identitas diri yang jelas dan tepat.
Kohut berpendapat bahwa konsep diri (self-concept) seseorang adalah pengatur utama perkembangan psikologis.
Pendekatannya terhadap perkembangan kepribadian berpusat pada pematangan perasaaan tentang self dari keadaan yang rapuh dan terpisah-pisah menjadi suatu struktur dewasa yang kohensif dan stabil.
Self berperan sebagai kekuatan perkembangan psikologis dan bukan dorongan seksual dan agrasif seperti yang dikemukakan oleh freud.
Kohut berpendapat bahwa gangguan psikologis terjadi bila ada kekurangan-kekurangan yang penting dalam struktrur self. Pengalaman-pengalaman awal yang tidak menyenangkan, misalnya pengasuhan dan perhatian yang tidak tepat, dapat mengganggu perkembangan self.
Ia memusatkan perhatian pada hubungan awal antara ibu dan anak sebagai kunci untuk memahami perkembangan selanjutnya. (hubungan manusia merupakan inti kepribadian manudia dan bukan dorongan insting bawaan)
Menurut kohut, bayi membutuhkan orang dewasa yang memberikan perhatian tidak hanya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisik tetapi juga untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis dasar.
Dalam memperlihatkan kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis, orang dewasa (self object) memperlakukan bayi seolah mereka memiliki perasaan sendiri. Melalui proses interaksi empatik, bayi mengerti respons-respons self-object, seperti rasa bangga, rasa bersalah, rasa malu, yang pada akhirnya membangun diri.
Kohut mendefinisikan self/diri sebagai “pusat alam semesta psikologis individu”. Self object dalam pandangan kohut adalah orang yang sangat penting dalam kehidupan anak dan diinkorporasikan sebagai bagian dari dirinya. Self object dalam 2 tahun pertama kehidupan anak adalah ibu.  Diri merupakan kesatuan dan konsistensi bagi pengalaman-pengalaman seseorang, yang pada umumya tetap stabil, dan merupakan pusat prakarsa dan penerima kesan-kesan. Diri juga merupakan pusat hubungan-hubungan interpersonal anak. Yang membentuk bagaimana dia akan berhubungan dengan orang tua dan self object lainnya.
Kohut berpendapat, bahwa bayi biasanya narsistik. Mereka egosentrik dan sangat memperhatikan keselamatan mereka sendiri serta menginginkan suapa diri mereka dan apa yang mereka lakukan dikagumi oleh orang lain. Diri awal mengkristal disekitar dua kebutuhan narsistik dasar: 1) kebutuhan untuk memperlihatkan diri yang megah, 2) kebutuhan akan gambaran dari salah satu atau kedua orang tua yang di-idealkan. Diri yang diperlihatkan secara megah terbentuk ketika bayi berhubungan dengan suatu self-object yang mengaguminya yang menunjukkan bahwa tingkah lakunya disetujui. Dengan demikian bayi itu membentuk gambaran diri yang belum sempurna dari pesan-pesan seperti: “apabila orang lain melihat saya sempurna maka saya sempurna”. Gambaran orang tua yang di-idealkan bertentangan dengan diri yang megah karena gambaran orang tua yang diidealkan bertentangan dengan diri yang sempurna. Meskipun demikian gambaran orang tua yang di-idealkan juga memuaskan suatu kebutuhan narsistik karena bayi menggunakan sikap, “anda adalah sempurna, tetapi saya adalah bagian dari anda”. Kedua gambarang diri yag narsistik sangat dibutuhkan untuk perkembangan kepribadian yang sehat. Gambaran-gambaran diri itu harus berubah ketika anak bertumbuh menjadi lebih matang. Bila kedua gambaran diri itu tetap tidak berubah maka akibatnya adalah munculnya suatu kepribadian orang dewasa narsistik patologik. Kemegahan harus berubah menjadi suatu pandangan realistic tentang diri, dan gambaran orang tua yang diidealkan harus tumbuh menjadi suatu gambaran realistic tetang orang tua. Kedua gambaran diri itu tidak boleh sama sekali hilang; orang dewasa yang sehat tetap memiliki sikap positif terhadap diri dan tetap melihat kualitas-kualitas baik dalam orang tua atau pengganti orang tua. Akan tetapi seorang dewasa yang narsistik tidak keluar dari kebutuhan-kebutuhan kanak-kanak ini dan tetap menjadi egosentrik dan melihat yang lain-lainnya dalam dunia sebagai penonton yang mengaguminya.
Ketika selfobject diperlukan, tetapi tidak dapat diakses, hal ini akan menciptakan masalah potensial bagi diri, disebut sebagai "frustrasi" - seperti 'frustrasi traumatis dari fase keinginan yang tepat atau perlu untuk penerimaan orangtua frustrasi ... narsis intens . sedangkan terdapat pula adanya aspek yang paling penting dari hubungan ibu-bayi paling awal yakni prinsip frustrasi optimal. Kekecewaan ditoleransi yang mengarah pada pembentukan struktur internal yang yang memberikan dasar untuk menenangkan diri.
Untuk diri psikolog, psikopatologi dilihat dalam hal bagaimana diri beradaptasi dan bereaksi terhadap benda-benda lain,
Freud berpendapat bahwa orang yang narsistik itu adalah calon yang tidak baik untuk psikoanalisa tetapi kohut berpendapat bahwa psikoterapi dapat menjadi efektif dengan pasien-pasien ini. Para terapis yang menganut pandangan self-psychology berpendapat bahwa tugas mereka adalah membantu memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh hubungan dan lingkungan. Mereka mempermudah perasaan self yang sehat dalam diri pasien, suatu tingkat penghargaan diri sendiri yang memuaskan dan agak stabil, dan kemampuan untuk membanggakan diri karena prestasi-prestasinya. Teori ini juga bertjuan untuk menanamkan kesadaran dalam diri pasien supaya ia merespon kebutuhannya sendiri dan kebutuhan orang lain.
Kohut mengkritik konsep narsisisme Freud yang semata-mata dimaknai sebagai kondisi negatif yang merugikan. Kohut, berpendapat bahwa freud berambisi menghilangkan narsisisme, tetapi teori freud yang menganggap bahwa narsisisme selalu eksis dalam setiap fase perkembangan manusia membuat Freud terjebak dalam situasi yang membingungkan. Jelas sangat mustahil menghendaki individu tumbuh menjadi pribadi yang sehat ketika lensa pandang yang digunakan hanya mampu melihat sisi-sisi buruk individu tersebut. Berangkat dari posisi itulah, Kohut kemudian menemukan bahwa pada kondisi-kondisi tertentu, narisisisme itu dapat dikatakan normal. Kohut melihat narsisisme, atau cinta diri, atau cinta objek, tidak berada dalam garis lurus, namun melihatnya sebagai dua jalur perkembangan yang berbeda dan tetap ada seumur hidup, di mana masing-masing memiliki karakteristik dan patologinya sendiri-sendiri. Kohut memberikan penekanan pada aspek yang sehat dari narsisisme, melihat fenomena-fenomena seperti cinta orang tua terhadap anaknya, kegembiraan anak terhadap dirinya sendiri dan dunianya, serta harapan-harapan, aspirasi, ambisi, dan tujuan-tujuan normal sebagai aspek-aspek yang termasuk dalam narsisisme positif. Dalam model ini, saat perkembangan berlangsung, narsisisme tidak digantikan oleh cinta objek, namun diperlunak oleh kekecewaan bertahap sehingga di masa dewasa ia tetap menjadi dasar dari harga diri yang baik dan tujuan-tujuan realistik.
Kohut menyatakan bahwa orang tua 'kegagalan untuk berempati dengan anak-anak mereka dan tanggapan anak-anak mereka untuk kegagalan ini adalah' akar dari hampir semua psikopatologi. Menurut Kohut, hilangnya lain dan fungsi selfobject yang lain  menciptakan individu apatis, lesu, kosong dari perasaan hidup, tanpa vitalitas, singkatnya, depresi.
Inti dari kontribusi Kohut untuk psikoanalisis adalah bahwa ia menemukan cara untuk meninggalkan teori drive tapi mempertahankan psikologi mendalam yang memberikan penekanan baru pada empati dan keterlibatan langsung dan simbolis diri di dunia (apa yang disebut "selfobjects"). kohut mengubah cara kita berpikir tentang narsisme, tentang "benda," tentang seksualitas dan seksualisasi dan tentang agresi dan kemarahan, tentang mimpi, tentang hubungan antara psikoanalisis dan humaniora pada umumnya, tentang banyak nilai-nilai etika kita, dan tentang makna sangat diri dalam pengalaman manusia.
Berbeda dengan psikoanalisis tradisional, yang berfokus pada drive (motivasi insting seks dan agresi), konflik internal, dan fantasi,