Freud mulai memperhatikan bahwa tidak semua fenomena bawah sadar dapat
dikaitkan dengan id, tampak
seolah-olah ego memiliki aspek sadar juga.
Hal ini menimbulkan masalah yang
signifikan untuk teori topografi,
yang ia diselesaikan dalam monografi
The Ego dan
Id (1923).
Dalam apa yang kemudian disebut teori struktural, ego itu sekarang menjadi komponen formal sistem tiga-cara yang juga termasuk id dan superego. Ego masih diselenggarakan di sekitar kapasitas persepsi sadar, namun sekarang memiliki fitur sadar bertanggung jawab atas represi dan operasi defensif lainnya. Ego Freud pada tahap ini relatif pasif dan lemah,. Ia menggambarkannya sebagai pembalap tak berdaya di atas kuda id, lebih atau kurang wajib untuk pergi ke mana id ingin pergi [3]
Dalam Freud 1926 monografi, Inhibitions, Gejala, dan Kecemasan, ia merevisi teorinya tentang kecemasan serta digambarkan ego lebih kuat. Freud berpendapat bahwa insting drive (id), moral dan nilai penilaian (superego), dan persyaratan realitas eksternal semua membuat tuntutan pada individu. Hal tersebut memberikan tekanan yang saling bertentangan dan menciptakan kompromi terbaik. Alih-alih menjadi pasif dan reaktif terhadap id, ego menjadi penyeimbang tangguh, bertanggung jawab untuk mengatur impuls id, serta mengintegrasikan fungsi individu menjadi satu kesatuan yang koheren. Modifikasi yang dilakukan oleh Freud di Inhibitions, Gejala, dan Kecemasan membentuk dasar psikologi psikoanalisis tertarik pada sifat dan fungsi ego. Ini menandai transisi dari psikoanalisis dari yang terutama seorang psikologi id, difokuskan pada perubahan-perubahan drive libidinal dan agresif sebagai penentu berfungsi normal maupun psikopatologis, dengan jangka waktu di mana ego itu diberikan sama pentingnya dan dianggap sebagai perdana pembentuk dan modulator perilaku.
Dalam apa yang kemudian disebut teori struktural, ego itu sekarang menjadi komponen formal sistem tiga-cara yang juga termasuk id dan superego. Ego masih diselenggarakan di sekitar kapasitas persepsi sadar, namun sekarang memiliki fitur sadar bertanggung jawab atas represi dan operasi defensif lainnya. Ego Freud pada tahap ini relatif pasif dan lemah,. Ia menggambarkannya sebagai pembalap tak berdaya di atas kuda id, lebih atau kurang wajib untuk pergi ke mana id ingin pergi [3]
Dalam Freud 1926 monografi, Inhibitions, Gejala, dan Kecemasan, ia merevisi teorinya tentang kecemasan serta digambarkan ego lebih kuat. Freud berpendapat bahwa insting drive (id), moral dan nilai penilaian (superego), dan persyaratan realitas eksternal semua membuat tuntutan pada individu. Hal tersebut memberikan tekanan yang saling bertentangan dan menciptakan kompromi terbaik. Alih-alih menjadi pasif dan reaktif terhadap id, ego menjadi penyeimbang tangguh, bertanggung jawab untuk mengatur impuls id, serta mengintegrasikan fungsi individu menjadi satu kesatuan yang koheren. Modifikasi yang dilakukan oleh Freud di Inhibitions, Gejala, dan Kecemasan membentuk dasar psikologi psikoanalisis tertarik pada sifat dan fungsi ego. Ini menandai transisi dari psikoanalisis dari yang terutama seorang psikologi id, difokuskan pada perubahan-perubahan drive libidinal dan agresif sebagai penentu berfungsi normal maupun psikopatologis, dengan jangka waktu di mana ego itu diberikan sama pentingnya dan dianggap sebagai perdana pembentuk dan modulator perilaku.
Perkembangan
yang paling mencolok dalam teori psikoanalitik sejak kematian freud ialah
munculnya teori mengenai ego yang biasa disebut psikologi ego. Meskipun freud
menganggap ego sebagai eksekutif dari keseluruhan kepribadian,
sekurang-kurangnya pada orang orang yang sehat, namun ia tidak pernah
memberinya suatu posisi otonom; ego tetap mengabdi pada kemauan-kemauan id.
Freud berpendapat bahwa bagian tertua (id) apparatus mental ini tetap merupakan
yang terpenting sepanjang hidup. Id dan insting-instingnya mencerminkan tujuan
sejati kehidupan sang orgganisme individual.
Dasar
psikologi ego berputar di sekitar titik bahwa ego yang sehat adalah independen terhadap
perbedaan mental dan sudah termasuk
fungsi-fungsi ego otonom seperti realitas-pengujian dan memori, itu harus
berfungsi tanpa gangguan dari benturan emosional.
psikologi
Ego juga bertujuan untuk meningkatkan lingkaran konflik-bebas dari fungsi ego.
Ini akan membawa sebuah adaptasi yang lebih baik dan juga merupakan peraturan
yang efektif lingkungan dan ego.
Anna Freud (Ego Sebagai Partner)
Anna
Freud (3 Desember 1895 - 9 Oktober 1982) adalah anak keenam dan terakhir dari
Sigmund Freud dan Martha. Lahir di Wina, ia mengikuti jalan ayahnya dan
memberikan kontribusi untuk bidang yang baru lahir dari psikoanalisis. Di
samping Melanie Klein, dia mungkin dianggap sebagai pendiri psikologi anak
psikoanalitik. Dibandingkan dengan ayahnya, pekerjaannya menekankan pentingnya
ego dan kemampuannya untuk dilatih sosial.
Karyanya memberikan jembatan
antara teori struktural Freud dan psikologi ego.
Anna freud
Pendekatannya pada pemahaman perkembangan anak
Ego --- focus
ego, mekanisme pertahanan diri,
Lebih tertarik dalam
dinamika jiwa daripada di struktur, dan terutama terpesona oleh tempat ego
dalam semua ini. Sehingga ia memusatkan perhatiannya
pada sadar, operasi defensif
ego dan memperkenalkan banyak pertimbangan teoritis dan klinis yang penting.
Ego
-
Konsep Ego-plasticity dalam development vulnerability
: ego bersifat focus masa depan (tujuan untuk membuat anak sehat), bukan
membahas gejala-gejala yang tampak pada saat ini. Berbeda dengan konsep freud yang menekankan membebaskan pasien dari
cengkeraman ketidak berdayaan pengalaman masa lalu.
-
Anna Freud telah memberikan
kontribusi pada deskripsi mekanisme pertahanan diri yang dikembangkan Sigmund
Freud sebagai konseptor aslinya. Berbeda dengan Sigmund Freud, Anna Freud
(1946) menyusun 10 mekanisme pertahanan diri: regresi, represi, formasi
reaksi, isolasi, undoing/ kehancuran, proyeksi, introyeksi, turning against the
self (melawan diri sendiri), reversal (pemutarbalikan fakta), dan sublimasi
atau pengalihan (displacement). Anna Freud juga telah memberikan kontribusi
yang signifikan pada teori tentang bagaimana perkembangan pertahanan diri itu. Secara bertahap, anna merubah teori ego freud (yang
awalnya sejajar joki dan id adalah kudanya) menjadi joki yang intelektual yang
mampu memilih jalan terbaik untuk dilewati. Dan freud hanya memiliki tujuh
defence mechanism yakni identifikasi,
displacement, represi, proyeksi,
reaksi formasi, fiksasi dan regresi, rasionalisasi.
-
Menurut anna freud, jarang ada anak yang memakai
hanya satu defence mechanism untuk melindungi diri dari kecemasan. Umumnya
setiap anak memakai beberapa defence mechanism, baik secara bersama-sama atau
secara bergantian sesuai dengan bentuk ancaman.
-
Mekanisme
pertahanan yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang timbul dari tiga
skenario yang berbeda:
·
Danger super ego
dissatisfaction ---- moral anxiety (neurotic dewasa)
·
Danger the outside world
---- reality enxiety (belum menyusun super ego)
·
Danger the strength of
unconscious impulses ---- neurotic anxiety (pengalaman masa lalu- otoritas
orang tua)
Konsep biologis "id" impuls berasal dari model
struktural Sigmund Freud pikiran. Impuls id didasarkan pada "prinsip
kesenangan": kepuasan instan dari keinginan dan kebutuhannya sendiri.
Freud percaya bahwa id merupakan dorongan naluriah dalam diri kita sendiri,
yaitu agresi, dan seksual. Dorongan seks adalah upaya kami untuk hidup,
berkembang, dan tumbuh. Agresi drive kita drive untuk keamanan dan perlindungan
dari kehidupan kita. Menurut Freud, kedua drive impulsif adalah apa yang
memotivasi tindakan kita.
Dalam ego, ada dua operasi proses. Pertama, ada proses
primer sadar, di mana pikiran tidak terorganisir dalam cara yang koheren,
perasaan bisa bergeser, kontradiksi tidak bertentangan atau tidak dirasakan
seperti itu, dan kondensasi muncul. Tidak ada logika dan ada waktu-line.
Bertentangan dengan ini, ada proses sekunder sadar, di mana batas-batas yang
kuat ditetapkan, dan di mana pikiran harus diorganisir dengan cara yang
koheren. Kognisi umumnya muncul di sini.
Bagi individu untuk berfungsi dalam masyarakat, impuls
dari id tidak dapat difokuskan pada kepuasan, mereka harus menghormati realitas
dunia dan superego. Superego mewakili belajar (dalam proses tumbuh) dan
diinternalisasi seperangkat nilai-nilai dan etika, yang memberikan individu
rasa apa yang benar dan apa yang salah untuk berpikir, merasakan, dan
melakukan. Jadi, misalnya, ketika impuls id (misalnya keinginan untuk
berhubungan seks dengan orang asing) konflik dengan superego (misalnya
kepercayaan dalam konvensi sosial dari tidak berhubungan seks dengan orang yang
tidak dikenal), maka perasaan cemas muncul ke permukaan, sering disertai dengan
perasaan bersalah, malu, dan rasa malu. Ketika kecemasan menjadi terlalu besar
itu maka tempat ego untuk menggunakan mekanisme pertahanan untuk melindungi
individu.
Menurutnya,
ego bereaksi (bahaya) ketika munculnya id memakai dua cara:
·
Membentengi impuls sehingga tidak dapat muncul
menjadi tingkah laku sadar.
·
Membelokkan ilmpus itu sehingga intensitas aslinya
dapat dilemahkan atau dirubah.
-
Kesamaan defence mechanism dengan freud:
·
Mekanisme pertahanan beroperasi pada tingkat alam
bawah sadar.
·
Mekanisme pertahanan selalu mendistorsi kenyataan.
·
Mekanisme pertahanan mengubah persepsi nyata
seseorang, sehingga kecemasan menjadi kurang mengancam.
Pendekatan pada pemahaman perkembangan anak
-
Perhatian khusus diberikan di dalamnya untuk masa
kanak-kanak kemudian dan perkembangan remaja - menekankan bagaimana' meningkat
kepentingan intelektual, ilmiah, dan filosofis periode ini merupakan upaya
menguasai drive
-
Anak lebih tergantung dan lebih mudah dipengaruhi
oleh realitas eksternal dibandingkan dengan orang dewasa.
-
Gangguan neurotic orang dewasa umumnya bersifat
internal dan bersumber pada masa lalu atau konflik yang belum terselesaikan,
sedangkan, pada anak bias disebabkan oleh peristiwa yang baru saja terjadi.
-
Anna Freud yakin bahwa
perkembangan anak akan menjadi bahan pertimbangan dalam konteks yang lebih luas
dan bahwa penyelidikannya tidak terbatas pada gejala sebagaimana aspek seksual dan perilaku agresif.
-
Anna Freud membentuk kelompok terkemuka analis
perkembangan anak (yang termasuk Erik Erikson, Edith Jacobson dan Margaret
Mahler) yang melihat bahwa gejala anak-anak yang akhirnya analog dengan
gangguan kepribadian antara orang dewasa dan dengan demikian sering berhubungan
untuk tahap perkembangan.
-
Dalam bukunya, Patologi in Childhood
(1965) = penggunaan garis perkembangan mencatat
pertumbuhan normal teoritis "dari ketergantungan emosional
dan
kemandirian"
-
Secara khusus, kepercayaan Anna Freud bahwa 'Dalam
analisis anak-anak, transferensi memainkan peran yang berbeda dan analis tidak
hanya "merupakan ibu" tapi masih merupakan ibu kedua asli dalam
kehidupan anak menjadi sesuatu sebuah ortodoksi atas sebagian besar dunia
psikoanalitik
-
Anna freud mengemukakan enam garis perkembangan,
dimana dimulai dari dominasi id menuju realitas ego :
a.
Dari ketergantungan menjadi percaya diri:
-
Ketergantungan biolologis kepada ibu
-
Tahap objek tetap, gambaran ibu tetap ada, walaupun
dia tidak hadir.
-
Pre-odipus, tahap memeluk, ditandai dengan
mendominasi objek yang dicintai.
-
Fase Oedipus falis, ditandai dengan drive memiliki
orang tua lain jenis.
-
Fase laten dengan menurunnya drive, lebih kepada
teman, kelompok, dan figure otoritas.
-
Fase pra-remaja, kembalinya kebutuhan hubungan yang
memuaskan dengan objek yang dicintai.
-
Fase remaja, berjuang untuk mandiri, memutuskan
cinta dengan orang tua, kebutuhan kepuasan seksual.
b.
Dari mengisap, menjadi makanan keras:
-
Minum susu secara teratur sesuai jadwal atau kalau
membutuhkan.
-
Disapi dari botol/ susu ibu, mengalami kesulitan
makan makanan baru.
-
Peralihan dari disuapi menjadi makan sendiri, makan
masih identik dengan ibu.
-
Makan sendiri, berbeda pendapat dengan ibu mengenai
banyaknya makanan.
-
Seksual infantile, membentuk sikap terhadap
makanan; fantasi takut gemuk.
-
Senang makan, memiliki kebiasaan makan yang
ditentukan sendiri.
c.
Dari mengompol, menjadi dapat mengotrol
urinasi/defekasi:
-
Bebas membuang kotoran tubuh.
-
Fase anal, menolak control orang lain dalam hal
pembuangan kotoran (toilet training).
-
Identifikasi dengan orang tua, mengontrol sendiri
pembuangan kotoran.
d.
Dari yang tidak bertanggung jawab, menjadi
bertanggung jawab:
- Perubahan
agresi, dari yang hanya peduli kepada diri sendiri, menjadi lebih peduli kepada
dunia luar.
- Ego
semakin memahami prinsip sebab akibat, meredam keinginan yang berbahaya,
mengenali bahay yang eksternal seperti api, ketinggian, dll.
- Menerima
aturan kesehatan, menolak makanan yang tidak sehat, kebersihan tubuh, melatih
kebugaran tubuh.
e.
Dari egosentrik menjadi kerjasama:
-
Mementingkan diri sendiri.
-
Mainan diperlakukan kasar tanpa tanggung jawab.
-
Anak kecil didekatnya, dianggap sebagai teman.
-
Teman dipandang sebagai partner sederajat,
dibutuhkannya sahabat sejati.
f.
Dari tubuh menjadi mainan, dan dari mainan menjadi
bekerja:
-
Permaianan bayi adalah perasaan tubuh, kepekaan
jari, kulit, dan mulut.
-
Sensasi tubuh ibu pindah ke objek yang lebih lembut
seperti boneka.
-
Memeluk objek yang lembut, menyenangi mainan yang
lembut.
-
Puas menyelesaikan suatu kegiatan, dan puas
mencapai prestasi.
-
Permainan sekolah untuk bekerja melalui hobi,
lamunan, permainan, dan olah raga. Anak dapat menahan impuls dirinya.
Margareth
schoenberger mahler
Biografi
Margaret Schönberger lahir pada 10 Mei 1897 dalam
keluarga Yahudi di Sopron, sebuah kota kecil di Hungaria barat. Dia dan seorang
adik perempuan memiliki masa kecil yang sulit sebagai akibat dari perkawinan
bermasalah orangtua mereka. Ayah Margaret, bagaimanapun, mendorongnya untuk
unggul dalam matematika dan ilmu-ilmu lainnya. Setelah menyelesaikan SMA bagi
Putri, dia menghadiri Vaci Utcai Gimnazium di Budapest, meskipun itu tidak
biasa pada saat bagi seorang wanita untuk melanjutkan pendidikan formal.
Budapest adalah pengaruh besar pada hidup dan karirnya. Dia bertemu berpengaruh
Hungaria psikoanalis Sándor Ferenczi, menjadi terpesona dengan konsep alam
bawah sadar, dan didorong untuk membaca Sigmund Freud.
Pada bulan September 1916, Schönberger mulai studi
Sejarah Seni di Universitas Budapest, tapi di Januari 1917 ia beralih ke
Medical School. Tiga semester kemudian ia mulai pelatihan medis di University
of Munich, namun terpaksa meninggalkan karena ketegangan terhadap orang Yahudi.
Pada musim semi 1920 ia dipindahkan ke Universitas Jena dan di sanalah ia mulai
menyadari betapa pentingnya bermain dan cinta adalah untuk bayi agar mereka
tumbuh sehat jasmani dan rohani. Schönberger lulus cum laude pada tahun 1922.
Dia berangkat ke Wina untuk mendapatkan lisensi untuk praktek kedokteran. Di
sana ia berpaling dari pediatri ke psikiatri dan, pada tahun 1926, mulai
analisis pelatihan nya dengan Helene Deutsch. Tujuh tahun kemudian, Margaret
diterima sebagai seorang analis. Schönberger senang bekerja dengan anak-anak,
itu adalah gairah hidupnya. Dia menyukai cara anak-anak memberinya perhatian
mereka dan menunjukkan kegembiraan mereka untuk bekerja sama dengan dia.
Pada tahun 1936 ia menikah dengan Paul Mahler. Setelah
kenaikan Nazi berkuasa, pasangan itu pindah ke Inggris dan kemudian, pada tahun
1938, ke Amerika Serikat. Setelah menerima lisensi medis New York, Schönberger
Mahler membuka praktek pribadi di ruang bawah tanah dan mulai membangun kembali
klien-nya. Pada tahun 1939 ia bertemu Benjamin Spock dan, setelah memberikan
seminar analisis anak pada tahun 1940, ia menjadi guru senior analisis anak.
Dia bergabung dengan Institut Pembangunan Manusia, Institut Pendidikan dan New
York psikoanalitik Society. Pada tahun 1948 ia bekerja pada studi klinis pada
Kasus jinak dan ganas Anak Psikosis.
Barnard College, di perusahaan upacara dimulainya 1980,
diberikan Schönberger Mahler kehormatan tertinggi, Medali Barnard Distinction. Schönberger
Mahler meninggal pada tanggal 2 Oktober 1985.
-
Ide-idenya diperoleh dari hasil pengamatannya
tentang tingkah laku anak-anak kalut yang berinteraksi dengan orang tua mereka
dan juga tingkah laku anak-anak normal yang melekat pada ibu mereka pada 3
tahun pertama kehidupan.
Kontribusi
-
Ia menekankan
kelahiran psikologi individu yang dimulai pada minggu-minggu pertama kehidupan
setelah kelahiran dan berlangsung untuk jangka waktu 3 tahun berikutnya. Yang
dimaksudkan dengan kelahiran psikologis ialah anak menjadi seorang individu
yang terpisah dari orang yang sangat memperhatikannya, dan dilihat sebagai
suatu prestasi yang pada akhirnya menimbulkan suatu perasaan-identitas
yang terjadi pada jangka waktu 3 tahun
pertama kehidupan, dimana anak secara berangsur-angsur berjuang untuk menjadi
otonom dan terpisah dari ibu.
-
Untuk mencapai
kelahiran psikologis dan individuasi, seorang anak harus melewati tiga tahap
perkembangan penting yakni: autism normal, simbiosis normal, dan pemisahan
individuasi (separation-individuasi). Untuk menggambarkan tahap perkembangan
autism normal, Mahler (1967) meminjam analogy freud (1911/1958) yang menyamakan
kelahiran psikologi dengan sebutir telur burung yang belum menetas. Burung
dalam kulit telur itu mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhan makanannya secara
autistic (tanpa memperhatikan kenyataan eksternal) Karena persediaan makanannya
tertutup dalam kulitnya. Demikian juga bayi yang baru lahir memuaskan berbagai
kebutuhan dalam lingkarang perhatian ibu yang sangat protektif. Jabang bayi
merasa berkuasa karena seperti telur yang belum menetas, kebutuhan-kebutuhannya
diperhatikan secara otomatis tanpa ia harus berusaha sedikitpun. Mahler
mengemukakan bahwa jabang bayi itu memiliki jangka waktu yang lama untuk tidur
dan tidak mengalami tegangan. Ia berpendapat bahwa inilah suatu periode
narsisme primer yang absolute, dimana bayi tidak menyadari keberadaan orang
lain. Dengan demikian, ia menyebut autism normal sebagai suatu tahap “tidak
berobjek”. Ketika bayi menyadari secara berangsur-angsur bahwa mereka tidak
dapat memuaskan kebutuhan mereka sendiri, mereka mulai mengenal pemberi
perhatian utama mereka dan mencari suatu hubungan simbiotik dengannya, dan
dengan demikian bayi-bayi itu sekarang berada pada tahap ke-dua, yakni
simbiosis normal. Simbiosis normal mulai sekitar usia minggu ke-4 atau ke-5,
tetapi mencapai puncaknyya pada bulan ke-4 atau ke-5. Pada waktu ini, “bayi
bertingkah laku dan berfungsi seolah-olah ia dan ibunya adalah suatu system
mahakuasa-suatu kesatuan dwirangkap dalam satu batas yang sama. Dalam analogy
telur burung, kulit telur sekarang mulai retak, tetapi suatu selaput psikologis
dalam bentuk hubungan simbiotik masih melindungi jabang bayi. Mahler mengakui
bahwa ini bukan simbiosis sebenarnya karena meskipun kehidupan bayi tergantung
pada ibu, tetapi sang ibu tidak secara absolute membutuhkan sang bayi. Ciri-ciri
simbiosis ini seperti memberikan isyarat kepada ibu bahwa bayi lapar, sakit,
senang, dsb, sedangkan ibu memberikan isyarat seperti menggendong, tersenyum,
dll. Pada usia ini, bayi dapat mengenal wajah ibu dan dapat mempersepsikan
bahwa ibu senang atau sedih. Akan tetapi hubungan-hubungan objek belum
mulai-ibu dan orang lain masih merupakan “pra-objek”. Anak-anak yang lebih tua
dan bahkan orang dewasa mundur ke tahap ini untuk mencari kekuatan dan keamanan
dari perhatian ibu mereka. Tahap perkembangan ke-tiga ialah
pemisahan-individuasi yang berlangsung dari kira-kira usia bulan ke-4 atau ke-5
sampai kira-kira bulan ke-30 atau ke-36. Pada waktu ini anak terpisah secara
psikologi dari ibunya, mencapai perasaan individuasi, dan mulai mengembangkan
perasaan identitas pribadi. Karena anak tidak lagi mengalami dwirangkap dengan
ibunya, maka ia harus menghentikan delusi kemahakuasaannya dan menghadapi
kemungkinan mudah diserang oleh ancamanan eksternal. Dengan demikian, anak
dalam tahapan pemisahan-individuasi mengalami dunia eksternal sebagai yang
lebih berbahaya dan mengancam dibandingkan dengan waktu mereka berada pada
tahap sebelumnya.
-
REFLEKSI
-
Obyek keteguhan,
mirip dengan Jean Piaget objek permanen, menggambarkan
fase ketika anak mengerti bahwa ibu memiliki identitas
terpisah dan benar-benar individu
yang terpisah. Hal ini menyebabkan pembentukan Internalisasi, yang merupakan representasi internal bahwa anak telah terbentuk dari ibu. Internalisasi
ini adalah apa yang menyediakan anak dengan gambar yang
membantu memasok mereka dengan tingkat
bawah sadar membimbing dukungan
dan kenyamanan dari ibu mereka. Kekurangan
Internalisasi positif mungkin bisa menimbulkan rasa ketidakamanan dan masalah harga diri rendah di masa dewasa.
-
Tinggi
rendahnya individuasi, terkait pada kemampuan mensintesa baik dorongan agresif
dan libidinal terhadap ibu., maupun kapasitas untuk menarik nutrisi dari apa
yang diinternalisasi dari representasi sosok ibu.
-
Menghasilkan
teori psychological birth, dimana sebagai individu, hanya bisa dicapai oleh
anak yang daya juang individualitasnya tidak rusak dan ibu mendorong anaknya ke
arah pemisahan.
-
Ketika
anak gagal dalam tahap individuasi, maka anak menjadi maladjustment psychotic,
baik menjadi symbiotic psychotic maupun autistic.
-
Gangguan
dalam proses dasar pemisahan-individuasi dapat mengakibatkan gangguan dalam
kemampuan untuk mempertahankan rasa diandalkan identitas individu di masa
dewasa.
HEINZ HARTMANN *ego memiliki energy dan motif dalam dirinya
sendiri*
-
Dikenal sebagai bapak psychology.
-
Psikologi ego hartmann mencakup perkembangan
prinsip kenyataan (reality principle) dalam masa kanak-kanak, fungsi ego yang
integrative, konsep-otonomi ego, proses-proses tambahan pada ego berupa
mempersepsikan, mengingat, berfikir, dan bertindak, serta pertahanan-pertahanan
ego.
-
Ego tidak muncul sebagai bagian dari id yang
bersifat bawaan, tetapi masing-masing system bersumber pada
predisposisi-predisposisi tertentu yang bersifat alami dan masing-masing
memiliki arah perkembangannya sendiri yang mandiri.
-
Ego tidak hanya dimotivasi oleh tujuan instingtif
(seksual dan agresif;konsep freud), tetapilebih responsive pada realitas atau
dunia luar dan difungsikan secara independen dari id.
-
Ada proses-proses tertentu dari ego tidak bisa
bertentangan satu sama lain sehingga individu harus memutuskan manakah dari
diantara beberapa cara yang terbaik untuk memecahkan masalah atau mengadakan
adaptasi. Ego beroperasi sering dalam suasana “bebas konflik” yang mengikuti
setiap proses sebagai kegiatan merasa, mengingat, berpikir, dan memecahkan
masalah dalam penyesuaian dirinya pada situasi atau lainnya.
-
Pertahanan-pertahan ego tidak harus bersiat
negative atau patologis. Ego dapat melayani tujuan sehat dalam pembentukan
kepribadian, yakni pilihan untuk mencari suatu pendidikan membaktikan diri pada
seni atau kemanusiaan, bukan mengacu pada defensive dari sublimasi yang dikemukakan
oleh freud.
-
Menurut hartmann, realitas luar juga menjadi factor
penentu dalam fungsi ego. Ego bersifat otonom (ego memiliki energy dan
motif-motif dalam dirinya sendiri) dan mencari aktifitas untuk menyesuaikan
diri dengan dunia sekitarnya. Ego juga bersifat adaptif, yaitu melakukan
adaptasi yang efektif terhadap dunia, memiliki konsep kognitif, berupa
mempersepsikan, mengingat dan berpikir..
Jenis-jenis otonomi ego:
1.
Otonomi primer yaitu mengacu ke sumber biologis,
kematangan fungsi persepsi, belajar, mengingat, dan gerakan membuat ego mampu
berfungsi otonom. Fungsi-fungsi ini berasal dari keturunan dan berperan sebagai
adaptasi dengan lingkungan.
2.
Otonomi sekunder yaitu merupakan kemampuan ego
untuk mengubah fungsi-fungsi yang dikembangkan dalam konflik dengan id menjadi
sarana yang juga membantu adaptasi yang sehat dengan kehidupan.
-
Menurut hartmann, ada 12 fungsi ego yang harus
diperhatikan agar fungsi social dan kognitif dapat berjalan dengan baik, yakni:
1.
Mengatur gerakan atau spontanitas.
2.
Mengorganisir persepsi di dalam dan diluar realita.
3.
Membuat batas yang melindungi dari stimulasi
internal dan eksternal yang berlebihan.
4.
Uji realita
5.
Berpikir dan inteligensi
6.
Menerjemahkan pikiran menjadi perbuatan
7.
Impulse control: kemampuan untuk mengelola
agresivitas dan dorongan libido untuk tidak segera dilepaskan melalui perilaku.
Menghambat atau menunda pengurangan ketegangan
8.
Defensive functioning: pertahanan ketidaksadaran
mencoba melindungi individu dari beberapa identitas kuat-perasaan yang
mengancam. Mengenali bahaya, member tanda kecemasan dan pertahanan.
9.
Judgment: kapasitas untuk menilai.
10. Persepsi
waktu
11. Pembentukan
karakter.
12. Kemampuan
sintetik: synthesys adalah kapasitas ego untuk menyusun dan menyatukan
fungsi-fungsi yang lainnya dalam kepribadian. Memungkinkan individu dapat
berpikir, merasakan dan bertindak dalam kebiasaan yang melekat.
ROBERT W.
WHITE: KEBUTUHAN EGO UNTUK KOMPETENSI
Biografi
R.W. white, psikolog kepribadian, meninggal pada 96
Robert W. White '25, yang mengajar di Harvard 1937-1968, ketika ia menjadi profesor psikologi klinis, meninggal pada 6 Februari di Weston, Mass Dia 96.
Robert W. White '25, yang mengajar di Harvard 1937-1968, ketika ia menjadi profesor psikologi klinis, meninggal pada 6 Februari di Weston, Mass Dia 96.
Awalnya seorang sejarawan (ia
menerima gelar master dalam sejarah Amerika di Harvard pada tahun 1926), Pada
tahun 1937, juga di Harvard, ia menerima gelar Ph.D. dalam psikologi.
White berpusat pada penelitiannya mengenai kepribadian orang normal
maupun abnormal. Pada tahun 1948, ia menerbitkan "The Abnormal
Psychology," buku teks standar pada subjek selama beberapa dekade. Dalam
"Lives in Progress: Sebuah Studi Pertumbuhan Alam Kepribadian"
(1952), White rinci kehidupan tiga orang, melihat cara biologi, psikologi, dan
budaya telah membentuk kepribadian mereka.
White adalah direktur Klinik
Psikologi di Harvard 1946-1950, dan ketua Departemen Hubungan Sosial 1957-1962.
Setelah menerima gelar sejarah
dari Harvard, White mengajarkan sejarah dan pemerintahan di University of Maine
selama beberapa tahun sebelum memutuskan untuk belajar psikologi. Kembali di
Harvard ia belajar di bawah Henry A. Murray, dengan menerbitkan
"Explorations in Personality" pada tahun 1938.
menolak gagasan bahwa satu-satunya motivasi berperilaku adalah dorongan
untuk menurunkan dan pencapaian kepuasan biologis. Menurut White (1959) otot
dan otak, mata, dan organ sensori lainnya haruslah diaktifkan
untuk dapat tumbuh dan sehat, dengan demikian kehidupan
manusia mencari stimulus; mereka tidak pasif bahkan berjuang keras untuk bisa
mengurangi dorongan-dorongan.
Ketika ada usaha-usaha berhasil, individu akan merasa kompeten. Kompetensi
merupakan salah satu konsep yang penting dalam teori White (1959) adalah suatu
kecakapan (ability) dari individu untuk melakukan perjanjian dengan lingkungan,
baik yang hidup maupun yang tidak, dengan cara yang sukses, membantu individu
untuk tumbuh, matang dan survive dalam hidup.
kontribusi
-
Motif
dan dorongan-dorongan tidak semata-mata kebutuhan biologis yang meliputi setiap
tahapan, tetapi faktor-faktor lain juga mempengaruhi perkembangan kepribadian.
-
Memperkenalkan ‘effectance
motivation’ --- individu mempunyai dorongan instingtif untuk belajar, mehamami
lingkungan, kompeten mempngaruhi lingkungan untuk kepentingan kesejahtraan
dirinya. Ada tiga penyebab kerusakan effectance motivation, yakni :
·
Insting lapar dan insting
bebas---pengasuhan yang kurang baik sehingga merasa sakit terus.
·
Ibu tidak terpengaruh
oleh aktifitas bayi, tidak mampu menerjemahkan bahasa tubuh dan tangis membuat
bayi berhenti memanipulasi dunianya.--- effectance motivation tidak berkembang.
·
Gangguan atau hambatan
langsung terhadap aktifitas bermain---hambatan kompetensi diri.
-
Ego-reality testing:
kompetensi melalui kegiatan---menempatkan ego dalam posisi sentral yang
menghubungkan kebutuhan objektif dengan reaalita. Bayi semakin banyak berpaling
ke realita untuk memuaskan kebutuhannya, tetapi cara memperloeh kebutuhan itu
hanya dengan menangis, mengharapkan bantuan dari pengasuhnya. Kepuasan tidak
selalu dapat diperoleh, sehingga bayi kemudian mengembangkan kemampuan untuk
menunda kepuasan, dan penundaan bias dilakukan kalau dia mampu mengantisipasi
realita yang akan datang.
-
-TABEL 61019
-
Ego tidak hanya memiliki
energy intrinsiknya sendiri, tetapi juga terdapat kepuasaan-kepuasaan intrinsic
ego yang tak tergantung pada pemuasan-pemuasan id atau insting.
Kepuasan-kepuasan ego yang otonom ini meliputi hal-hal seperti eksplorasi,
manipulasi, dan kemampuan yang efektif dalam melaksanakan tugas-tugas.
-
Ego memiliki fungsi untuk
pemisahan diri dan non-diri. Hubungan bayi dengan realita tidak pasif, yang
timbul sebagai akibat ada dorongan uang harus dipuaskan dengan realita.
Gambaran realita itu dibangun oleh bayi sendiri maupun belajar bertahap yang
mungkin mereka kerjakan dan tidak mungkin dipenuhi. Bayi belajar memahami apa
yang biasa diperoleh ketika mereka melihat dunia luar yang ternyata tidak
sesuai dengan kemauannya.
-
Memperkenalkan kembali
konsep patologis. Dengan mengubah focus dari penyebab kapasitas ego gagal
menangani energy id menjadi apa yang salah dari perkembangan perasaan
kompetensinya. Sedangkan freud menyatakan bahwa patologi adalah kegagalan ego
berkembang normal, dimana ego gagal mengembangkan tanggung jawab social secara
moral, dan kapasitas uji realitanya tidak berkembang.
HEINZ KOHUT
Heinz Kohut (1913-1981) lahir di Wina dari orangtua
Yahudi yang terpelajar dan penuh talenta (Strozier, 2001). Ayah Kohut, Felix
(w. 1937) adalah seorang pianis yang handal dan ibunya, Else Lampl Kohut (w.
1972). Di permulaan Perang Dunia II, dia bermigrasi ke Inggris, dan satu tahun
kemudian pindah ke Amerika Serikat, tempat dia menghabiskan sebagian besar
kehidupan profesionalnya. Kohut belajar kedokteran di Universitas Wina dan
lulus pada tahun 1938.Dia tidak memiliki minat khusus dalam Freud, tetapi
mencari beberapa psikoterapi pada tahun 1937 dari seorang psikolog bernama
Walter Marseilles. Kemudian Kohut masuk
ke analisis dengan psikoanalis terkenal yang juga teman Freud yaitu Agustus
Aichhorn.
Kohut menikah dengan Elizabeth Meyers pada 1948 dan memiliki seorang putra, Thomas Agustus pada tahun 1951 (satu-satunya anak).
Kohut menikah dengan Elizabeth Meyers pada 1948 dan memiliki seorang putra, Thomas Agustus pada tahun 1951 (satu-satunya anak).
Ia menerbitkan sejumlah artikel penting,
terutama psikologi musik, namun kontribusi terbesarnya adalah esai tentang
“empati” yang pertama kali disajikan pada tahun 1956 dan diterbitkan pada tahun
1959. Di dalamnya Kohut menyatakan bahwa cara mengetahui penting diri dalam
psikoanalisis adalah melalui empati, yang didefinisikan sebagai pengganti
introspeksi.
Dia diangkat sebagai profesor tetap di
Departemen Psikiatri University of Chicago, menjadi anggota fakultas Chicago
Institutefor Psychoanalysis, dan menjadi profesor tamu bidang psikoanalisis
di University of Cincinnati. Sebagai neurolog dan psikoanalis, Kohut membuat
banyak psikoanalis marah lantaran penerbitan bukunya, The Analysis of the
Self (1971), yang menggantikan konsep ego dengan konsep diri (self).
Sebagai pelengkap buku ini, aspek – aspek lain psikologi self-nya bisa
ditemukan dalam The Restorationof the Self (1977) dan The Kohut
Seminars (1987) yang diedit Miriam Elson dan diterbitkan setelah Kohut
meninggal.
Kontribusi
Mengemukakan teori yang relative
baru yang disebut self-psychology.
Kohut membedakan empat
komponen kunci dalam pengembangan diri: satu, virtual, diri
kohesif dan megah nuklir. 'Kohut berpendapat bahwa bayi manusia normal dilahirkan dengan diri nuklir
sudah di tempat (sebuah entitas psikologis ditentukan secara biologis). diri
itu kemudian mengalami apa yang disebut' diri virtual (gambar bayi baru lahir
diri, yang berada di . pikiran orang tua bayi). Dalam keadaan yang optimal, interaksi diri nuklir dan virtual akan menyebabkan organisasi bertahap anak dari diri kohesif - ke titik di mana
idealnya diri yang tinggal di mendalam telah menjadi pusat
kegiatan pengorganisasian ego. Sepanjang jalan, bagaimanapun, akan menjadi
penampilan diri megah, diri yang muncul dari pengalaman infantil normal diri sendiri sebagai
pusat dari semua pengalaman, mahakuasa
Lebih daripada para teoritikus
hubungan-hubungan objek lain, kohut menekankan proses yang menyebabkan self
berkembang dari gambaran samar-samar dan berdiferensiasi sampai kepada suatu
perasaan identitas diri yang jelas dan tepat.
Kohut berpendapat bahwa konsep
diri (self-concept) seseorang adalah pengatur utama perkembangan psikologis.
Pendekatannya terhadap
perkembangan kepribadian berpusat pada pematangan perasaaan tentang self dari
keadaan yang rapuh dan terpisah-pisah menjadi suatu struktur dewasa yang
kohensif dan stabil.
Self berperan sebagai kekuatan
perkembangan psikologis dan bukan dorongan seksual dan agrasif seperti yang
dikemukakan oleh freud.
Kohut berpendapat bahwa gangguan
psikologis terjadi bila ada kekurangan-kekurangan yang penting dalam struktrur
self. Pengalaman-pengalaman awal yang tidak menyenangkan, misalnya pengasuhan
dan perhatian yang tidak tepat, dapat mengganggu perkembangan self.
Ia memusatkan perhatian pada
hubungan awal antara ibu dan anak sebagai kunci untuk memahami perkembangan
selanjutnya. (hubungan manusia merupakan inti kepribadian manudia dan bukan
dorongan insting bawaan)
Menurut kohut, bayi membutuhkan
orang dewasa yang memberikan perhatian tidak hanya untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan fisik tetapi juga untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
psikologis dasar.
Dalam memperlihatkan
kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis, orang dewasa (self object)
memperlakukan bayi seolah mereka memiliki perasaan sendiri. Melalui proses
interaksi empatik, bayi mengerti respons-respons self-object, seperti rasa
bangga, rasa bersalah, rasa malu, yang pada akhirnya membangun diri.
Kohut mendefinisikan self/diri
sebagai “pusat alam semesta psikologis individu”. Self object dalam pandangan
kohut adalah orang yang sangat penting dalam kehidupan anak dan diinkorporasikan
sebagai bagian dari dirinya. Self object dalam 2 tahun pertama kehidupan anak
adalah ibu. Diri merupakan kesatuan dan
konsistensi bagi pengalaman-pengalaman seseorang, yang pada umumya tetap
stabil, dan merupakan pusat prakarsa dan penerima kesan-kesan. Diri juga
merupakan pusat hubungan-hubungan interpersonal anak. Yang membentuk bagaimana
dia akan berhubungan dengan orang tua dan self object lainnya.
Kohut berpendapat, bahwa bayi
biasanya narsistik. Mereka egosentrik dan sangat memperhatikan keselamatan
mereka sendiri serta menginginkan suapa diri mereka dan apa yang mereka lakukan
dikagumi oleh orang lain. Diri awal mengkristal disekitar dua kebutuhan
narsistik dasar: 1) kebutuhan untuk memperlihatkan diri yang megah, 2)
kebutuhan akan gambaran dari salah satu atau kedua orang tua yang di-idealkan.
Diri yang diperlihatkan secara megah terbentuk ketika bayi berhubungan dengan
suatu self-object yang mengaguminya yang menunjukkan bahwa tingkah lakunya
disetujui. Dengan demikian bayi itu membentuk gambaran diri yang belum sempurna
dari pesan-pesan seperti: “apabila orang lain melihat saya sempurna maka saya
sempurna”. Gambaran orang tua yang di-idealkan bertentangan dengan diri yang
megah karena gambaran orang tua yang diidealkan bertentangan dengan diri yang
sempurna. Meskipun demikian gambaran orang tua yang di-idealkan juga memuaskan
suatu kebutuhan narsistik karena bayi menggunakan sikap, “anda adalah sempurna,
tetapi saya adalah bagian dari anda”. Kedua gambarang diri yag narsistik sangat
dibutuhkan untuk perkembangan kepribadian yang sehat. Gambaran-gambaran diri
itu harus berubah ketika anak bertumbuh menjadi lebih matang. Bila kedua
gambaran diri itu tetap tidak berubah maka akibatnya adalah munculnya suatu
kepribadian orang dewasa narsistik patologik. Kemegahan harus berubah menjadi
suatu pandangan realistic tentang diri, dan gambaran orang tua yang diidealkan
harus tumbuh menjadi suatu gambaran realistic tetang orang tua. Kedua gambaran
diri itu tidak boleh sama sekali hilang; orang dewasa yang sehat tetap memiliki
sikap positif terhadap diri dan tetap melihat kualitas-kualitas baik dalam
orang tua atau pengganti orang tua. Akan tetapi seorang dewasa yang narsistik
tidak keluar dari kebutuhan-kebutuhan kanak-kanak ini dan tetap menjadi
egosentrik dan melihat yang lain-lainnya dalam dunia sebagai penonton yang
mengaguminya.
Ketika selfobject
diperlukan, tetapi tidak dapat diakses, hal ini akan menciptakan masalah
potensial bagi diri, disebut sebagai "frustrasi" - seperti 'frustrasi
traumatis dari fase keinginan yang tepat atau perlu untuk penerimaan orangtua
frustrasi ... narsis intens .
sedangkan terdapat pula adanya aspek yang paling penting
dari hubungan ibu-bayi paling awal yakni prinsip frustrasi
optimal. Kekecewaan ditoleransi yang mengarah pada pembentukan struktur internal yang yang memberikan dasar
untuk menenangkan diri.
Untuk diri psikolog,
psikopatologi dilihat dalam hal bagaimana diri beradaptasi dan bereaksi
terhadap benda-benda lain,
Freud berpendapat bahwa orang
yang narsistik itu adalah calon yang tidak baik untuk psikoanalisa tetapi kohut
berpendapat bahwa psikoterapi dapat menjadi efektif dengan pasien-pasien ini.
Para terapis yang menganut pandangan self-psychology berpendapat bahwa tugas
mereka adalah membantu memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh hubungan dan
lingkungan. Mereka mempermudah perasaan self yang sehat dalam diri pasien,
suatu tingkat penghargaan diri sendiri yang memuaskan dan agak stabil, dan
kemampuan untuk membanggakan diri karena prestasi-prestasinya. Teori ini juga
bertjuan untuk menanamkan kesadaran dalam diri pasien supaya ia merespon
kebutuhannya sendiri dan kebutuhan orang lain.
Kohut mengkritik konsep narsisisme Freud yang semata-mata dimaknai
sebagai kondisi negatif yang merugikan. Kohut, berpendapat bahwa freud
berambisi menghilangkan narsisisme, tetapi teori freud yang menganggap bahwa
narsisisme selalu eksis dalam setiap fase perkembangan manusia membuat Freud
terjebak dalam situasi yang membingungkan. Jelas sangat mustahil menghendaki individu
tumbuh menjadi pribadi yang sehat ketika lensa pandang yang digunakan hanya
mampu melihat sisi-sisi buruk individu tersebut. Berangkat dari posisi itulah, Kohut kemudian
menemukan bahwa pada kondisi-kondisi tertentu, narisisisme itu dapat dikatakan
normal. Kohut melihat narsisisme, atau cinta diri, atau cinta objek, tidak
berada dalam garis lurus, namun melihatnya sebagai dua jalur perkembangan yang
berbeda dan tetap ada seumur hidup, di mana masing-masing memiliki
karakteristik dan patologinya sendiri-sendiri. Kohut memberikan penekanan pada
aspek yang sehat dari narsisisme, melihat fenomena-fenomena seperti cinta orang
tua terhadap anaknya, kegembiraan anak terhadap dirinya sendiri dan dunianya,
serta harapan-harapan, aspirasi, ambisi, dan tujuan-tujuan normal sebagai
aspek-aspek yang termasuk dalam narsisisme positif. Dalam model ini, saat
perkembangan berlangsung, narsisisme tidak digantikan oleh cinta objek, namun
diperlunak oleh kekecewaan bertahap sehingga di masa dewasa ia tetap menjadi
dasar dari harga diri yang baik dan tujuan-tujuan realistik.
Kohut menyatakan bahwa
orang tua 'kegagalan untuk berempati dengan anak-anak mereka dan tanggapan
anak-anak mereka untuk kegagalan ini adalah' akar dari hampir semua
psikopatologi. Menurut
Kohut, hilangnya lain dan fungsi selfobject yang
lain menciptakan individu apatis, lesu, kosong dari perasaan hidup, tanpa vitalitas,
singkatnya, depresi.
Inti dari
kontribusi Kohut untuk psikoanalisis adalah bahwa ia menemukan cara untuk
meninggalkan teori drive tapi mempertahankan psikologi mendalam yang memberikan
penekanan baru pada empati dan keterlibatan langsung dan simbolis diri di dunia
(apa yang disebut "selfobjects"). kohut mengubah cara kita berpikir tentang
narsisme, tentang "benda," tentang seksualitas dan seksualisasi dan
tentang agresi dan kemarahan, tentang mimpi, tentang hubungan antara
psikoanalisis dan humaniora pada umumnya, tentang banyak nilai-nilai etika
kita, dan tentang makna sangat diri dalam pengalaman manusia.
Berbeda
dengan psikoanalisis tradisional, yang berfokus pada drive (motivasi insting
seks dan agresi), konflik internal, dan fantasi,